Rabu, 05 September 2012

Tank Indonesia


K-61 : Si “Penyambung Lidah” Operasi Amfibi Korps Marinir

Namanya memang tak sekondang PT-76 maupun BTR-50, tapi soal peran dan pengabdiannya jangan ditanya, sudah banyak operasi militer yang dilakoninya. Meski dirancang dengan metarial lapis baja plus berpenggerak roda rantai, tapi K-61 bukan tergolong tank, kendaraan tempur (ranpur) ini dilingkungan Korps Marinir TNI AL disebut sebagai KAPA (Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri).Continue reading 

AMX MK61 : Howitzer 105mm Self Propelled Armed TNI AD

AMX MK61 Yon Armed TNI AD dalam sebuah defile
Bila diperhatikan secara detil, ada yang menarik dalam perhelatan HUT ABRI/TNI. Entah ada defile peralatan tempur atau tidak, pada latar pasukan yang berbaris, selalu ada sosok kendaraan lapis baja yang parkir rapi, terkesan perkasa dengan laras meriam yang dinaikan secara maksimum. Sosok tersebut, dapat diidentifikasi sebagai AMX MK61. Secara kasat mata, AMX MK61 tak ubahnya sebuah tank, dirancang dengan platform chasis dari tank ringan AMX-13 yang jadi tulang punggung kavaleri TNI AD. Continue reading 

LVTP-7 : Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI-AL

LVTP-7 dengan kubah yang dilengkapi SMB 12,7 mm
“Mendarat dan menang..,” itulah misi utama Marinir di seluruh dunia dalam menjalankan tugas sebagai pasukan pendarat, pembuka gerbang untuk operasi militer lanjutan. Bagi Korps Marinir TNI AL adalah hal lumrah untuk berjibaku dan mempertaruhkan nyawa dalam tiap operasi pendaratan militer di seluruh wilayan Nusantara.
Tapi “beban berat” Korps Marinir yang malang melintang dalam berbagai konflik, mulai dari Dwikora, Timor Timur sampai Aceh kebanyakan masih mengandalkan kendaraan tempur (ranpur) amfibi berusia paruh baya. Ambil contoh ranpur BTR-50 dan PT-76 yang sudah eksis menjadi alutsista Korps Marinir sejak awal tahun 60-an. Salah satu sukses misi tempur pendaratan adalah ketersediaan ranpur pengangkut personel (armoured personel carrier/APC) yang handal.
Untuk urusan ranpur pendarat amfibi, sudah empat dekade Marinir TNI AL selalu mengandalkan BTR-50. Walau sudah diretrofit, tetap pada hekekatnya BTR-50 adalah ranpur tua. Penggunaan ranpur tua pun membawa risiko yang tak kecil, sudah beberapa kali terjadi insiden yang menewaskan prajurit Korps Marinir. Memang ada ranpur pendarat lain yang bisa jadi alternatif, sebut saja AMX-10 dan BVP-2, keduanya memang lebih modern tapi sayang tak bisa membawa personel lebih banyak dari BTR-50, dimana BTR-50 bisa membawa 20 personel bersenjata lengkap.
LVTP-7 Korps Marinir TNI AL saat melintas di Jalan Buncit Raya, Jakarta
Barulah pada tahun 2010, muncul “solusi” mujarab untuk Korps Marinir dengan hadirnya ranpur LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7. LVTP-7 dirancang dengan desain roda rantai, bisa dibilang masuk kelas tank amfibi. Ranpur ini tergolong unik, sebab LVTP-7 terlihat bongsor dengan bobot mencapai 30 ton. Jadilah LVTP-7 sebagai ranpur amfibi dengan bobot terberat yang dimiliki Korps Marinir. Bobot ranpur ini tentu bukan tanpa alasan, LVTP-7 sanggup membawa 25 personel bersenjata lengkap plus 3 awak.
Konfigurasi posisi awak dan personel di kabin LVTP-7
Selayaknya ranpur pembawa personel, asupan persenjataan pada LVTP-7 tergolong terbatas, pastinta tak dirancang untuk menghancurkan MBT (main battle tank). Tapi tetap ada sisi unik yang melengkapi persenjataan pada ranpur ini, maklum Amerika Serikat selalu mengandalkan varian LVTP-7 dalm tiap gelar operasi amfibi, bahkan tak cuma operasi amfibi, ranpur yang juga dijuluki AAV (Assault Amphibian Vehicle)-7 ini juga hadir di medan konflik berpasir, seperti di Somalia dan wilayah Irak.
Sebagai senjata andalan, LVTP-7 mempercayakan kehandalan SMB (senapan mesin berat) browning M2HB kaliber 12,7 mm. Secara teori ranpur ini biasa memuat hingga 1200 peluru kaliber 12,7 mm. Tapi bisa juga SMB ditukar dengan pelontar granat kaliber 40 mm dengan tipe peluru M430 berkategori HEDP (high explosive dual purpose). Sedangkan untuk perlindungan, ranpur ini dilengkapi smoke discharger kalibr 40 mm. LVTP-7 memilikki lapian baja standar 5 cm.
Ruang kabin personel, posisi "atap" pada ranpur dapat dibuka untuk keluar masuk pasukan dan bantuan tembakan
Sebagai penggerak, LVTP-7 menggunakan mesin General Motors 8V53T yang ditempatkan pada kompartemen depan, serupa dengan ranpur AMX-10 dan BVP-2. Dengan daya maksmal yang disemburkan sebesar 400 hp dan dukungan sistem transmisi FMC-400-3 dengan empat percepatan, ranpur ini dapat dipacu hingga kecepatan 64 Km per jam di darat dengan jarak tempuh 480 Km. Sementara saat berenang, berkat sepasang waterjet di kiri dan kanan mampu menghasilkn daya dorong hingga kecepatan 14 Km per jam.
Tampak ruang kemudi dan perangkat komunikasi
LVTP-7 milik Korps Marinir TNI-AL berasal dari Korea Selatan, pabrik pembuatnya pun bukan FMS, melainkan dibuat berdasarkan lisensi oleh Samsung Techwin. Indonesia memperoleh ranpur ini lewat program hibah, dari yang awalnya direncanakan bakal 35 unit, hingga saat ini baru hadir 10 unit LVTP-7 di Jakarta.
Presiden SBY saat menjajal pendaratan LVTP-7 di kawasan pantai Lampung
Walau dari segi jumlah sangat minim, LVTP-7 buatan Korea Selatan ini semuanya sudah di upgrade ke versi AAV-7A1. LVTP-7 sangat pas dioperasikan dari kapal jenis LPD (Landing Platform Dock), seperi KRI Surabaya dan KRI Makassar. Presiden SBY pun sempat menjajal melakukan pendaratan amfibi di pantai lampung menggunakan ranpur amfibi ini. Beberapa operasi tempur yang sudah dilewati LVTP-7 yakni pada perang Malvinas (digunakan Marinir Argentina), perang Teluk dan perang Irak. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi LVTP-7
Pabrik : FMC Corporation
Produksi Perdana : 1972
Berat : 30 ton
Panjang : 7,94 meter
Lebar : 3,27 meter
Tinggi : 3,26 meter
Kecepatan maksimum : 64 Km/jam di darat dan 14 Km/jam di air
Awak : 3 +25

BMP-3F : Tank Amfibi “Kelas Berat” TNI-AL

Yang ditunggu akhirnya datang juga, ranpur (kendaraan tempur) BMP-3F milik korps Marinir akhirnya tiba di Tanah Air pada 27 November lalu di Surabaya. Jumlahnya memang tak banyak, hanya 17 unit, tapi inilah jenis tank paling modern dan tercanggih yang dimiliki Indonesia saat ini, dilihat dari kelengkapan persenjataan yang dibawa. Menurut rencana awal, dengan anggaran US$ 50 juta, Korps Marinir bakal mendapatkan 20 unit tank, tapi karena terjadi kenaikan harga per unit, akhirnya jumlah BMP-3F yang bisa diboyong ke Tanah Air berjumlah 17 unit saja.
Secara teori, BMP-3F masuk dalam kelas tank angkut personel, menjadi penerus generasi BMP-2/BVP-2, tapi BMP-3F diramu dengan bekal senjata yang lumayan “heboh” dikelasnya.. Apa yang memmbuat BMP-3F terasa spesial? Dari beberapa varian BMP-3, tipe 3F dirancang dengan kemampuan tambahan untuk bisa berenang dengan lebih baik, yakni mampu menantang ombak laut di level 2, dan bisa beroperasi di laut selama 7 jam. Untuk menunjang kemampuan amfibinya, BMP-3F dapat dilengkapi snorkel.
kominasi 3 senjata dalam single turet
kombinasi 3 senjata dalam single turet memudahkan reaksi dan daya pukul
Senjata andalan BMP-3F adalah kanon kaliber 100 mm. Kanon ini dirancang untuk menembakkan peluru/ roket non-kendali (shell). Kanon jenis ini masuk dalam kategori balistik sedang, dengan kecepatan tembak berkisar 250m/detik. Selain itu terdapat platform peluncur rudal kendali anti tank (ATGM), baik yang diluncurkan langsung melalui laras meriam (laser guided system) maupun yang terpasang pada badan panser. diri dari dua bidang stabilisator dari pembidik kaca utama dan sebuah sensor gyroscope.
ruang kemudi BMP-3F
Konstruksi persenjataan BMP-3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet): meriam, peluncur roket berkaliber 100 mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan mitraliur berkaliber 7,62 mm. Dengan penggabungan ini memungkinkan awak tank dapat memilih model keperluan penggunaan senjata yang tersedia dikaitkan dengan situasi, kondisi serta medan tempur, tergantung sasaran yang dipilih untuk dihancurkan baik sasaran di darat, laut maupun udara.
BMP-3F memiliki berbobot kurang lebih 18,7 ton, panjang 8 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 2,5 meter, kapasitas awak 3 orang serta 7 personel pasukan bersenjata lengkap. Bila dipandang dari segi bobot, BMP-3F kini menduduki kendaraan tempur kavaleri terberat yang yang dimiliki Korps Marinir, bahkan menjadi arsenal ranpur kelas berat nomer satu dibanding beragam jenis tank yang dimiliki TNI-AD. Bila dibanding tank-tank ringan milik TNI-AD, BMP-3F jauh lebih unggul dengan adopsi kanon 100 mm.
Tampilan 3 dimensi BMP-3F
Tampilan belakang BMP-3F saat semua pintu dibuka
Sebagai perbandingan, andalan kavaleri TNI-AD sampai kini masih bertumpu pada kanon 90 mm Cockerill, seperti yang terdapat pada tank Scorpion. BMP-3F mempunyai kecepatan di medan berlumpur 45 km, 70 km di jalan raya, 10 km di air dan mampu berjalan mundur dengan kecepatan 20 km. Sedangkan kemampuan jelajah tank ini adalah 600 km.
Dengan suspensi torsion bar, BMP-3F handal melahap medan off road
BMP-3F Korps Marinir TNI-AL
Tank BMP-3F memiliki beberapa keunggulan lain, diantaranya konstruksi (chasis) yang memungkinkan untuk dimodernisasi, selain itu, perawatan dan efisien pemelihanaannya lebih mudah. Selain Indonesia dan Rusia, BMP-3F saat ini juga digunakan oleh angkatan bersenjata Ukraina, Sri Lanka, Siprus, Kuwait, dan Uni Emirate Arab. Bahkan yang mengejutkan, Korea Selatan yang dikenal pengasup setia teknologi militer dari Amerika Serikat, nyatanya juga memiliki 70 unit BMP-3F. (Haryo Adjie Nogo Seno).
Spesifikasi BMP-3F
Jenis : Infantry fighting vehicle
Pabrik : Kurganmashzavod
Berat : 18,7 ton
Tinggi : 2,4 meter
Lebar : 3 meter
Panjang : 7,14 meter
Mesin : UTD-29M diesel
500 hp (375 kW)
Senjata : 100 mm gun/launcher 2A70
30 mm autocannon 2A72
3 x 7,62 mm machine gun
Suspensi : torsion bar
Kru : 3
Pasukan : 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar