KRI Klewang : Andalkan Desain “Ikan Cucut” Serta Stealth Capabilities

Di tengah situasi politik dan ekonomi Indonesia yang serba galau, ada secercah berita yang membanggakan, tepatnya pada 31 Agustus 2012, galangan kapal PT. Lundin meluncurkan KRI Klewang 625 di perairan selat Bali – Banyuwangi, sebuah KCR (kapal cepat rudal)/ Fast Missile Patrol Vessel (FMPV) yang lain dari pada yang pernah dimiliki TNI AL, bahkan di Asia Tenggara sekalipun belum ada padanannya. Selain desain yang mengadopsi trimaran (tiga lunas), KRI Klewang juga mampu membetot perhatian khalayak, tak lain berkat desain yang super revolusioner. Continue reading 

KRI Samadikun : Destroyer Escort AS Dengan Meriam Eks Uni Soviet

KRI Martadinata 342 – eks USS Charles Berry
Kawin silang di lini alutsista tentu bukan sesuatu yang tabu, sepanjang menghasilkan kinerja yang maksimal, ditambah tidak menuai komplein dari negara pembuatnya, hal itu bisa dilakukan secara efektif, bahkan mampu menambah daya gempur ketimbang versi aslinya. Implementasi kawin silang bisa dituangkan dalam banyak hal, semisal dalam program retrofit, menggabungkan antara cita rasa teknologi barat dan timur. Contoh yang paling mudah ‘dicerna’ yakni pemasangan meriam Cockerill 90mm pada tank Amfibi Korps Marinir TNI AL, PT-76Continue reading 

KRI Ratulangi : Induk Semang Kapal Selam TNI AL

KRI (RI) Ratulangi
Sebagian besar dari kita mungkin sudah mahfum dengan nama KRI Irian, sosok kapal penjelajah pertama dan terakhir yang pernah dimiliki TNI AL pada era orde lama. Tapi untuk segmen kapal permukaan, sebenarnya ada beberapa nama kapal perang TNI AL lainnya yang juga fenomenal di masa tersebut. Sebut saja salah satunya adalah KRI Ratulangi (RLI), kapal yang disebut kapal tender kapal selam ini punya peran penting pada masa operasi Trikora sampai operasi Seroja di tahun 70-an.
KRI Ratulangi adalah alutsista yang khas di era tersebut, pasalnya peran kapal ini begitu vital sebagai kapal induknya armada kapal selam TNI AL yang saat itu memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey buatan Uni Soviet. KRI Ratulangi adalah jenis kapal perang atas air yang berfungsi sebagai pendukung dan pengendali operasi taktis kapal-kapal selam. Keberadaan jenis kapal ini diperlukan untuk menyuplai logistik, merawat, dan memperbaiki peralatan kapal, serta melakukan tindakan medis. Dan karena desain kapal selam kelas Whiskey yang kurang nyaman dan ergonomis untuk awaknya, maka KRI Ratulangi juga dimanfaatkan para awak kapal selam untuk beristirahat selama sedang tidak aktif.
Logistik yang dapat diberikan kepada kapal selam dari KRI Ratulangi adalah logistik cair seperti bahan bakar, pelumas, air suling untuk elektrolit baterai, dan air minum. Logistik padat berupa bahan makanan untuk awak kapal dan suku cadang kapal. Dan tak ketinggalan beban berupa logistik tempur berupa torpedo, ranjau dan amunisi lainnya. Terkait torpedo, yang dibawa kapal tender ini bukan sembarangan, yakni torpedo kendali bertenaga listrik tipe SAET-50.
Torpedo SAET-50 yang dimuat pada kapal tender kapal selam
Torpedo SAET-50 adalah senjata bawah laut paling mematikan milik Soviet saat itu, setelah diluncurkan torpedo ini dapat langsung mencari sasaran sendiri (fire and forget) berdasarkan suara baling-baling kapal atau magnetik badan kapal tersebut. Torpedo jenis ini bisa berada di tangan Indonesia dengan harapan kinerjanya dapat dijajal dalam operasi Trikora, sehingga merupakan poin penting bagi kampanye militer Uni Soviet.
KRI Ratulangi merupakan kapal tender kelas Don buatan Uni Soviet. Bobot kapal ini mencapai 6.800 ton dalam kondisi standar dan 9.000 ton pada kondisi muatan penuh. Don class mulai diproduksi pada periode tahun 1958 – 1961. Untuk keperluan Angkatan Laut Uni Soviet, kapal Tender jenis Don ini diprodukksi sebanyak 7 unit, dan 1 unit diproduksi untuk digunakan oleh TNI AL (ALRI).
Armada Whiskey class TNI AL, kemungkinan tengah merapat di kapal tender
Dalam operasinya, KRI Ratulangi dapat melayani 6 kapal selam sekaligus, selain berupa pasokan aneka logistik, kapal tender ini juga dapat melakukan pengisian tenaga listrik untuk baterai kapal selam yang sedang bersandar, sebab KRI Ratulangi memiliki generator untuk keperluan tersebut. Sebagai kapal dengan bobot yang cukup besar, KRI Ratulangi juga memiliki beragam fasilitas kesehetan umum dan rawat gigi untuk para awak kapal selam.
Salah satu yang unik dari kapal ini adalah geladaknya yang cukup luas dan dilapisi papan dari kayu, sehingga memberi kenyamanan, baik bagi pejalan di atas geladak maupun kesejukan di ruang bawah geladak. Seperti diketahui, kayu adalah isolator panas yang baik sekaligus peredam getaran dan tidak licin.
Mesin
KRI Ratulangi ditenagai mesin diesel listrik, denga diesel listrik olah gerak kapal ini menjadi lebih lincah dan efektif. Diesel utama memutar generator, dan generator menghasilkan tenaga listrik. Tenaga listrik memutar elektro motor, dan selanjutnya elektro motor memutar poros baling-baling yang ujungnya terpasang daun baling-baling. KRI Ratulangi memiliki dua poros baling-baling yang memutar pada sisi kanan dan kiri.
Desain
Dibanding jenis kapal perang pada umumnya, desain KRI Ratulangi terbilang lebih mirip kapal penumpang, sebab lambung kapal dibuat tinggi dengan banyak jendela kedap. Adanya fasilitas bengkel dan gudang menjadikan kapal ini layaknya depot. Sebagai induk semangnya kapal selam, pada ujung haluan terdapat sebuah katrol berukuran besar dengan daya angkat sampai 300 ton. Katrol ini diperlukan untuk perbaikan baling-baling dan sistem poros kapal selam dengan jalan menggulingkan kapal selam kedepan, sehingga baling-baling mencuat ke permukaan.
Tampilan bagian buritan Don class submarine tander milik AL Uni Soviet
Persenjataan
Kapal perang dengan awak 300 personel ini dilengkapi dengan aneka persenjataan yang membuatnya setara dengan destroyer. Dalam catatan sejarah, KRI Ratulangi memiliki 4 pucuk meriam kaliber 100mm dalam kubah meriam tunggal, dan 8 pucuk meriam kaliber 57mm berada dalam 4 menara meriam berlaras kembar. Dan untuk melibas kapal selam lawan, kapal tender ini juga dapat menyebar ranjau laut.
Ikhwal Kedatangan KRI Ratulangi
Kedatangan KRI Ratulangi merupakan bagian dari paket pembelian 12 kapal selam oleh misi Nasution I, dalam paket pembelian disebutkan Indonesia akan menerima 2 kapal tender kapal selam. Ini artinya KRI Ratulangi punya ‘saudara’ dalam penusannya, yakni KRI Thamrin (THR). Baik KRI Ratulangi dan KRI Thamrin tiba di Indonesia ketika konflik Irian Barat hampir rampung, sehingga belum sempatt unjuk gigi kepada Belanda.
Uni Soviet masih menggunakan Don Class hingga tahun 1998
Kedua kapal tender ini nyatanya baru berperan penuh saat Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Bahkan KRI Ratulangi dikabarkan masih beroperasi dan aktif hingga tahun 1980-an, meskipun fungsinya telah berubah dari kapal tender menjadi kapal tempur/kapal markas. Ini tak lain berkat merian-meriam kaliber 100mm di geladaknya.
Saat memasuki order baru, Indonesia terkena embargo militer dari Uni Soviet, kiprah KRI Ratulangi terbukti tetap berkibar. Dengan pola kanibalisasi suku cadang dari jenis kapal perang lain, Ratulangi masih dapat mengemban beberapa misi tempur, terutama pada operasi Seroja di tahun 70-an. Di Uni Soviet sendiri, kapal tender kelas Don ini masih digunakan sampai tahun 1998. Artinya bila suku cadang tersedia, sebenarnya kapal jenis ini masih diperlukan, apalagi bila Indonesia berniat punya kapal selam dalam jumlah lebih dari 2 unit seperti saat ini.
KRI Thamrin Yang Misterius
Bila KRI Ratulangi punya catatan sejarah yang cukup lengkap, maka lain hal dengan KRI Thamrin. Jejak KRI Thamrin agak sulit ditelusuri, antara KRI Ratulangi dan Thamrin meski sama-sama kapal tender, tapi berangkat dari kelas yang berbeda. KRI Thamrin berasal dari kelas Atrek dan berpenggerak mesin turbin uap. Tidak jelas bagaimana riwayat kapal ini, dan kisah-kisah yang menyertainya.
Sosok KRI (RI) Thamrin, kapal tender TNI AL yang misterius
Terkait nomer lambung kapal juga ada yang unik dari keberadaan kapal tender milik TNI AL, mungkin karena dianggap bagian dari Satsel (satuan kapal selam), diketahui KRI Ratulangi memiliki nomer lambung 400, tapi dalam beberapa literatur juga terlihat nomer lambung kapal ini adalah 4101. Bahkan ada foto yang tak terbantahkan, bila nomer lambung KRI Ratulangi adalah 552. Mana yang benar, mungkin pihak TNI AL bisa memberikan informasi lebih lanjut.
Satu hal lagi, tidak jelas pula bagaimana nasib akhir KRI Ratulangi, apakah kapal tender tersebut berakhir sebagai besi tua, atau dijadikan sasaran latihan tembak. Mungkin ada dari Anda yang punya kisah lanjutannnya? Monggo kita saling berbagi.. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi KRI Ratulangi
Pabrik : Nikolayev shipyard
Dimensi : 140 x 17,7 x 6,4 m
Berat Standar : 6.800 ton
Berat Penuh : 9.000 ton
Awak : 300 – 450 orang
Jarak Jelajah : 21.000 Km pada kecepatan 10 knot
Kecepatan max : 17 knot
Fasilitas Sensor : Radar Hawk Screech, Slim Net, 2 x Watch Dog ECM system dan Vee Cone Communication System.
Persenjataan : 4 – 100mm guns (4×1), 4 – 57mm guns
Lama berlayar tanpa bekal ulang : 40 hari
Kapasitas Torpedo : 42 torpedoes 533 mm

KRI Arun : Kapal Tanker Terbesar TNI-AL

KRI Arun - saat masih dimiliki Royal Navy
KRI Arun - saat masih dimiliki Royal Navy
Dalam sebuah misi tempur dan patroli jarak jauh sudah umum bila terdapat unit kapal tanker pada iringan konvoi. Keberadaan kapal tanker mutlak diperlukan sebagai elemen pendukung logistik dan bahan bakar untuk kapal perang lainnya, seperti korvet, fregat, LST (landing ship tank) dan kapal selam. Dengan adanya kapal tanker, menjadikan unsur kapal perang yang sedang melakukan operasi tidak perlu kembali ke pangkalan untuk pemenuhan kebutuhan logistik dan bahan bakar.
TNI-AL sebagai salah satu angkatan laut terkuat di Asia Tenggara sudah barang tentu mempunyai satuan kapal tanker. Dalam TNI-AL, armada tanker disebut sebagai kapal jenis BCM (Bantuan Cair Minyak). Nah, kapal tanker terbesar yang kini dimiliki TNI-AL adalah KRI Arun bernomer lambung 903. KRI Arun dalam operasionalnya berada di bawah komando Armada RI Kawasan Timur.
RFA Grey Rover - sejenis dengan Green Rover
RFA Grey Rover - sejenis dengan Green Rover
Pipa selang bahan bakar untuk menyalurkan diesel dan avtur
Pipa selang bahan bakar untuk menyalurkan diesel dan avtur
Dilihat dari sosoknya, KRI Arun memang terbilang berukuran besar ketimbang jenis kapal perang lainnya. KRI Arun mulai memperkuat TNI-AL sejak tahun 1992, sebelumnya KRI Arun adalah bernama RFA Green Rover dengan nomer lambung A268. RFA (Royal Fleet Auxiliary) adalah satuan kapal tanker dari angkatan laut kerajaan Inggris. RFA Green Rover dibuat oleh galangan Swan Hunter pada tahun 1969 untuk Royal Navy.
Harrier di atas Green Rover
Harrier di atas Green Rover
Namun dalam kelas kapal tanker, KRI Arun termasuk dalam kelas kapal tanker ringan. Tugas yang diemban yakni menyalurkan bahan bakar, bahan pelumas, air tawar, bahan makanan dan amunisi. KRI Arun dapat memuat sampai 22.000 meter kubik bahan bakar solar dan 3.800 mater kubik bahan bakar Avtur untuk pesawat terbang dan helikopter. Kapal ini mampu melakukan pengisian bahan bakar saat melaju di laut langsung kepada dua kapal perang.
Tampilan utuh dari depan
Tampilan utuh dari depan
Ciri lain dari kehandalan KRI Arun yakni memiliki landasan helipad yang berukuran cukup besar. Helikopter berat sekelas Super Puma dan Sea King pastinya mampu mendarat di kapal ini, tapi sayangnya tidak ada fasilitas untuk hanggar. Saking besarnya helipad, pernah sebuah pesawat Harrier tinggal landas dari RFA Green Rover. Jenis kapal tanker ini total dibuat sampai lima unit untuk Royal Navy. Seiring modernisasi, beberapa Rovel Class juga dijual, diantaranya untuk AL Portugal.
Sebuah Heli Sea King di atas deck Green Rover
Sebuah Heli Sea King di atas deck Green Rover
Selain kondang dalam setiap misi patroli dan tempur, KRI Arun juga kerap dijadikan “kapal markas” saat berlangsungnya latihan tempur. Dengan fasilitas yang lengkap dan memadai, KRI Arun pada bulan Mei tahun 2000 pernah digunakan oleh mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid saat mengarungi perairan sekitar Lampung dan Kepulaua Seribu selama 17 jam. Jadi selain berperan sebagai kapal tanker, KRI Arun juga layak menyandang gelar kapal VVIP. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi KRI Arun 903
* Berat: 11.520 ton
* Panjang: 140,6 m
* Lebar: 19,2 m
* Mesin: 2×16 silinder Pielstick diesels, 15,300 shp
* Kecepataan: 17 knot
* Jangkauan: 15.000 nm (15 knots)
* Senjata: 2 x meriam 40 mm, 2 x meriam 20 mm
* Awak: 47