K-61 : Si “Penyambung Lidah” Operasi Amfibi Korps Marinir
Namanya memang tak sekondang PT-76 maupun BTR-50, tapi soal peran dan pengabdiannya jangan ditanya, sudah banyak operasi militer yang dilakoninya. Meski dirancang dengan metarial lapis baja plus berpenggerak roda rantai, tapi K-61 bukan tergolong tank, kendaraan tempur (ranpur) ini dilingkungan Korps Marinir TNI AL disebut sebagai KAPA (Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri).Continue reading
→ 4 Comments
Tagged BTR-50, howitzer, KAPA, kavaleri, korps marinir,landing ship tank, marinir tni al, NAD, operasi trikora, PT-76, tank, TNI AL, Uni Soviet
Commando Ranger : Ranpur Lapis Baja Andalan Paspampres
Untuk melindungi orang nomer satu dan orang nomer dua di Republik ini, sudah barang tentu Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) harus dibekali dengan beragam perangkat perlindungan yang memadai. Untuk menunjang misi pengamanan VVIP tersebut, salah satunya dengan kendaraan tempur (ranpur) lapis baja yang dapat digunakan untuk misi evakuasi maupun pengawalan bersenjata.
Tentu ada syarat khusus untuk rampur Paspampres, diantaranya harus punya daya gerak dan mobilitas yang tinggi. Maka tak heran bila Paspampres sejak tahun 80-an mempercayakan Commando Scout dan Commando Ranger untuk misi tersebut. Commando Scout tak lain adalah panser ringan untuk keperluan pengawalan dan intai, sedangkan Commando Ranger merupakan kendaraan lapis baja angkut personel. Baik Commando Scout dan Commando Ranger, merupakan ranpur buatan Cadilage Cage, AS, umumnya dua ranpur ini digunakan secara duet dalam berbagai misi oleh Paspampres, untuk kru operatornya sendiri adalah dari Korps Kavaleri TNI AD.
Dilihat dari bentuknya, Commando Ranger cukup unik, tapi terlihat sangat kaku untuk sebuah kendaran militer. Desainnnya yang ‘kotak’ menjadikan Commando Ranger mudah dikenali, walau saya yakin banyak yang tidak tahu identitas dari ranpur ini. Sebagai ranpur angkut personel (armoured personel carrier), Commando Ranger mengandalkan senjata utama senapan mesin M-60 kaliber 7,62 mm. Meski versi yang dimiliki Indonesia tak dilengkapi kubah, tapi terdapat perisai baja untuk perlindungan juru tembak. Sudut putar senjata ini mencapai 270 derajat, dan untuk memudahkan dalam mengenali sasaran, sebuah lampu sorot juga ditanamkan pada dudukannya.
Commando Ranger diawaki oleh 2 orang, yakni sopir yang merangkan komandan, sedangkan disampingnya adalah asisten penembak atau navigator. Perlu diketahui, sisi depan ranpur ini, atau tepatnya diantara apitan dua kaca anti peluru (depan dashboard), terdapat lubang senjata yang bisa dibuka tutup, hal ini diperlukan bila awak/personel di dalam mobil ingin memberikan bantuan tembakan. Tak cuma disitu, pada tiap-tiap pintu juga terdapat lubang serupa, di sisi kiri ada 2 lubang, sisi kanan2 lubang, dan di pintu belakang juga ada 2 lubang. Untuk personel yang bisa dibawa ranpur ini sebanyak 6 orang bersenjata lengkap.
Menilik dari sejarahnya, Commando Ranger mulai diproduksi pada akhir 1970-an hingga pertengahan tahun 80-an. Rancangan Commando Ranger mengacu pada mobil pick up Dodge 200 atau Dodge Ram. Selain AS, negara pengguna Commando Ranger diantaranya Indonesia, Filipina, dan Luxembourgh. Menurut informasi dari Wikipedia.com, Indonesia memiliki 22 unit Commando Ranger.
Dalam operasionalnya, ranpur ini lebih banyak ditugaskan untuk menjaga obyek-obyek yang sedang dihuni atau disinggahi oleh kepala negara. Tak heran bila Commando Ranger dan Commando Scout kerap nongkrong di sekitar kediaman Presiden/Walkil Presiden, juga saat Sidang Umum di DPR/MPR, ranpur ini kerap disiagakan di Senayan.
Mesin ranpur ini menggunakan jenis Mopar dengan bahan bakar bensir, sayang tidak diketahui lebih detail tentang kemampuan mesinnya. Sekelumit bisa digambarkan, kecepatan maksimum mampu dikebut hingga 113 Km per jam, dan jarak tempuh bisa mencapai 482 Km. Sebagai bentuk perlindungan, selain kaca yang anti peluru, ketebalan bajanya mencapai 7 mm. Sebagai ranpur, awalnya Commando Ranger mengusung jenis ban run flat, tujuannya agar tahan jika dihujani peluru, tapi karena mengganggu mobilitas, pasalnya ranpur ini di AS kerap dibawa ngebut diatas 50 Km per jam, sehingga kurang pas memakai run flat, maka digantilah tipe ban dengan jenis tubeless pneumatic.
Meski Paspampres kini dilengkapi dengan panser Anoa buatan Pindad, tapi Commando Ranger nyatanya masih tetap eksis digunakan, bahkan setelah usianya mencapai 3 dekade. Perlu diketahui, meski berpenggerak roda four wheel drive alias 4×4, tapi Commando Ranger tidak dirancang untuk melahap medan off road. Dan ranpur ini tidak punya kemampuan berenang di air.

Tampilan depan Commando Ranger, tampak penutup untuk lubang penembakkan diantara dua kaca anti peluru
Digunakan oleh Tim SWAT
Ranpur ini kerap tampil di beberapa sekuel film Hollywood, salah satunya di Lethal Weapon (yang keberapanya saya lupa). Commando Ranger di AS memang saat ini masih dipercaya oleh pihak kepolisian sebagai saran serbu bagi tim SWAT (special weapon and tactics). Bahkan kini, Commando Ranger sudah di upgrade versinya menjadi Peacekeeper II, kendaraan serbu yang serupa tapi mengambil chasis Ford-F350. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Ranpur ini kerap tampil di beberapa sekuel film Hollywood, salah satunya di Lethal Weapon (yang keberapanya saya lupa). Commando Ranger di AS memang saat ini masih dipercaya oleh pihak kepolisian sebagai saran serbu bagi tim SWAT (special weapon and tactics). Bahkan kini, Commando Ranger sudah di upgrade versinya menjadi Peacekeeper II, kendaraan serbu yang serupa tapi mengambil chasis Ford-F350. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Dipandang pas untuk misi anti teror, hingga kini Commando Ranger terus dipercaya oleh Tim SWAT, salah satunya dari Metro Nashville
Spesifikasi Commando Ranger
Buatan : Amerika Serikat
Pabrik : Cadilage Cage
Awak+personel : 2+6
Mesin : Mopar (cc..?)
Kecepatan max : 113 km/jam
Jarak tempuh : 482 km
Senjata : M-60 kaliber 7,62 mm
Buatan : Amerika Serikat
Pabrik : Cadilage Cage
Awak+personel : 2+6
Mesin : Mopar (cc..?)
Kecepatan max : 113 km/jam
Jarak tempuh : 482 km
Senjata : M-60 kaliber 7,62 mm
Posted in Panser
BTR-80A : Monster Amfibi Korps Marinir
Jumlahnya memang tak seberapa, panser amfibi andalan Korps Marinir TNI AL ini hanya ada 12 unit. Tapi ada kesan mendalam tentang panser beroda delapan ini, walau unit yang dimiliki Korps Marinir amat terbatas, BTR-80A Indonesia sudah mendapat penugasan dalam misi memperkuat batalyon mekanik pada pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon. Hal ini menandakan Indonesia tidak pelit untuk berpartisipasi dalam menjaga perdamaian dunia, walau alutsista yang dimiliki masih minim.
Berbeda dengan panser-panser buatan Eropa Barat dan Amerika. BTR-80A besutan Rusia tampil garang, dengan bobot lebih dari 13 ton panser ini jelas mempunyai efek deteren yang dahsyat, belum lagi pamor keluarga BTR-80 yang sudah kesohor sebagai kampiun di berbagai medan perang.
Dari rancang bangunnnya, BTR-80 adalah pengangkut personel lapis baja (APC) beroda 8×8 yang dirancang KBP Tula dengan pabrik Arzamas Plant di Rusia. BTR-80 telah diproduksi dalam berbagai varian, produksi perdana dimulai pada tahun 1986 untuk menggantikan versi panser APC sebelumnya, yaitu BTR-60 dan BTR-70. Versi BTR-80A adalah varian ekspor, beberapa varian BTR-80 lainnya seperti BTR-80K (pusat komando lapangan), BMM (ambulans lapis baja) dan SVK (kendaraan angkut meriam kaliber 120mm).
BTR-80A secara resmi memperkuat Korps Marinir TNI AL pada 15 November 2002, dan ke 12 unit panser ditempatkan di dua resimen Kavaleri Marinir, yakni di Surabaya dan Jakarta. Apa saja senjata andalan panser ini? Komponen senjata utamanya yakni mitraliur 2A72 co axial (kaliber 30 mm dengan daya tembak 330 butir peluru per menit) dan senapan mesin PKT (kaliber 7,62 mm x 39 dengan untaian 2.000 butir peluru berjarak tembak 1500 meter), serta tak ketinggalan enam pelontar granat asap untuk kamuflase tempur.
Kelebihan lain BTR-80A adalah adopsi ban jenis KI-126 yang kebal ditembus peluru kaliber berat, 12,7 mm. Walau pun ban rusak parah, kabarnya tetap tidak kempes hingga 10 jam. Sebagai panser modern, awak dan pasukan dapat terlindung dari bahaya serangan senjata NBC (nuklir,biologi, kimia).
BTR-80A ditenagai oleh mesin diesel YaMZ-238M2 240 PK, kemapuan mesin dapat memacu panser dengan kecepatan maksimum 80 km/jam di jalan raya dan 40 Km/jam di medan off road. Sebagai panser amfibi, panser ini mempunyai sebuah jet air untuk melaju di perairan, secara teori kecepatan di air mencapai 9 Km/jam. Saat menerjang gelombang laut, pandangan pengemudi tak terhalang debur ombak, sebab lempeng baja persegi pemecah ombak terpasang pada bagian halugan. Dan pengemudi bisa tenang mengemudi di laut berkat adanya periskop jenis TNPO-165. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi BTR-80A
Jumlah awak 10 (3+7)
Berat: 13,600 kg +3%
Power-to-weight ratio: 19.1 hp/t
Mesin Disel 7403 four-stroke 8-cylinder, liquid cooled, 260 hp
Roda: pneumatic, tubeless
Panjang : 7,65 meter
Lebar : 2,9 meter
Tinggi : 2,35 meter
Jejak roda 2.41 meter
Kecepatan Maksimum : 80 km/jam di jalan raya, 40 Km/jam di off road dan 9 km/jam di air
Jarak tempuh di jalan raya: 600 km
Jarak tempuh medan off road: 200 – 500 km
Jarak tempuh amfibi: 12 jam
Jumlah awak 10 (3+7)
Berat: 13,600 kg +3%
Power-to-weight ratio: 19.1 hp/t
Mesin Disel 7403 four-stroke 8-cylinder, liquid cooled, 260 hp
Roda: pneumatic, tubeless
Panjang : 7,65 meter
Lebar : 2,9 meter
Tinggi : 2,35 meter
Jejak roda 2.41 meter
Kecepatan Maksimum : 80 km/jam di jalan raya, 40 Km/jam di off road dan 9 km/jam di air
Jarak tempuh di jalan raya: 600 km
Jarak tempuh medan off road: 200 – 500 km
Jarak tempuh amfibi: 12 jam
Posted in Panser
Anoa : Panser Amfibi “made in Indonesia”
Kalau ada ranpur TNI yang paling banyak disorot tahun ini, itu tak lain adalah Anoa. Panser dari jenis APS (angkut personel sedang)-3, atau bisa disebut APC (armoured personnel carrier). Alasanya, pertama Anoa adalah panser besutan lokal (PT. Pindad) yang dirancang dengan bodi Monocoque Armoured, desainnya bisa dibilang mencontoh panser TNI AD sebelumnya, yakni VAB buatan Perancis. Bahkan Anoa berpenggerak roda 6×6. Alasan kedua, Anoa adalah panser dengan kualifikasi amfibi pertama yang dibuat di dalam negeri.
Dan, tak kalah penting, Anoa mendapat pengakuan internasional, ini dibuktikan dengan minat dari Oman, Malaysia, Nepal, dan Bangladesh untuk membeli Anoa. Boleh dibilang, Anoa adalah flagship kavaleri Indonesia, apalagi Anoa telah dilbatkan dalam satuan batalion mekanis Kontingen Garuda di Lebanon. Informasi terakhir, 13 unit Anoa telah dikirim ke Lebanon untuk memperkuat Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL.

Presiden SBY saat mencoba Anoa, tampak dibelakang SBY berupa anjungan juru tembak. Hal yang membedakan dengan panser VAB
Selain alasan-alasan diatas, Anoa kerap menarik perhatian warga, khususnya di Jakarta, sebab beberapa unit Anoa digadang sebagai ranpur Paspampres. Tak jarang Anoa terlihat “nongkrong” ibarat hiasan tanpa persenjataan di area kediaman Presiden dan Wakil Presiden.
Dari segi desain, panser ini rasanya memang “menyadur ” desain panser VAB besutan GIAT Perancis. Tapi Anoa dihadirkan dengan penyempurnaan, selain suspensi yang lebih baik, Anoa mempunyai kubah tempat penembak depan yang terpisah. Bandingkan pada VAB, kubah penembak SMB (senapan mesin berat) tepat berada di samping pengemudi, tentu posisi ini kurang ergonomis bagi penembak. Untuk itulah pada Anoa dilakukan penyempurnaan. Alhasil ukuran Anoa lebih panjang sedikit ketimbang VAB.
Masih ada perbedaan lain, bila VAB menggunakan kemudi sebelah kiri (standar Eropa), maka Anoa mengadopsi letak kemudi di kanan (standar Indonesia). Nah, untuk yang lain-lainnya bisa dibilang Anoa dan VAB ibarat pinang dibelah dua. Contohnya Anoa menggunakan tipe mesin yang sama dengan VAB, yakni Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel. Tentu untuk urusan dapur pacu masih harus di impor dari Perancis. Begitu pula dengan suspensi yang menggunakan Independent suspension, torsion bar masih di impor. Dengan sistem penggerak enam roda simetris, Anoa mampu bergerak lincah di berbagai medan. Termasuk di kemiringan 31 derajat.
Pada Agustus 2008, Pindad mendapat order 150 unit Anoa dari Departemen Pertahanan. Hingga produksi ke 30, plat baja Anoa masih impor, selanjutnya plat baja akan dipasok oleh PT. Krakatau Steel. Mengenai performa plat baja, performanya mampu mehanan hantaman peluru kaliber 5,56 dan 7,62 mm. Anoa dilapisi dengan baja khusus yang telah memenuhi standar level III NATO.
Untuk persenjataan, ada dua pilihan yang ditawarkan, yakni pelontar granat AGL 40 atau SMB 12,7 mm. Untuk menghindar dari sergapan lawan, Anoa juga dibekali pelontar granat asap 2 x3 66 mm. Sejak diperkenalkan pertama kali pada Hari ulang Tahun TNI ke-61 di Cilangkap – Jakarta (5/10/2006). Anoa telah dikembangkan dalam beberapa varian, seperti versi ambulance, komando, logistik, armoured recovery, surveillance, dan versi pelontar mortir.
Bahkan panser amfibi ini lebih hebat lagi berhasil dikembangkan ke versi kanon. Untuk versi kanon, desainnya lumayan sangar dengan mengadopsi kanon tipe Cockerill 90 mm Mk III, serupa dengan yang digunakan pada tank Scorpion 90. Tapi sayang, belum ada pesanan mengalir untuk Anoa versi kanon. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Anoa APC
Pabrik : PT. Pindad
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Senjata Utama : SMB 12,7 mm atau pelontar granat AGL 40 mm
Mesin : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air
Pabrik : PT. Pindad
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Senjata Utama : SMB 12,7 mm atau pelontar granat AGL 40 mm
Mesin : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air
Posted in Panser